Menjadi wartawan media massa
sangat menyenangkan. Begitu ungkapan seorang teman yang saya dengar beberapa
hari lalu. Saya kebetulan punya beberapa teman wartawan dan hampir tiap hari
bertemu. Mereka bekerja pada media massa lokal dan adapula yang nasional baik
media cetak atau online. Tak ketinggalan juga ada yang bekerja pada radio dan
televisi.
Terus terang, saya penasaran
yang menyenangkan dari pekerjaan semacam itu apa kira-kira ya? Apa karena
mereka mendapat bayaran tinggi? Apa karena hobi menulis mereka yang tersalurkan
atau ada faktor lain? Atau, jangan-jangan karena tidak ada pekerjaan lain
selain menjadi wartawan? Hehe
Tapi kalau sekedar urusan penyaluran
hobi menulis, saya pikir tidak ada keharusan bagi siapa saja untuk menjadi
wartawan. Mereka –seperti saya juga- bisa menulis dimanapun. Entah itu di blog
atau website pribadi. Namanya sekedar penyaluran hobi tentu saja tak ada ikatan
atau keharusan mengikuti ketentuan seorang redaktur. Oleh karena itu penyaluran
hobi menulis saya pikir bukan motivasi utama mereka menjadi wartawan.
Sekarang bagaimana dengan
urusan bayaran atau gaji? Menurut pengakuan lugu dari seorang teman wartawan
urusan gaji bisa dibilang besarannya disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Jika
mereka bekerja pada media yang baru berdiri maka bayarannya tidak terlalu
tinggi bahkan untuk media lokal rata-rata memberikan bayaran yang pas-pasan. Sering
saya dengar mereka mendapat bayaran rendah dan hanya cukup untuk rokok dan
bensin saja.
Tetapi keadaan tersebut menurut
mereka tidak dapat dihindari lagi. Mereka tak punya banyak pilihan karena
umumnya mereka sepakat dengan asumsi umum masyarakat bahwa mencari pekerjaan
dijaman sekarang sulitnya bukan main. Daripada menganggur mending menjadi
wartawan saja. Persyaratan untuk menjadi wartawan menurut mereka tidaklah
terlalu “njlimet”. Tidak perlu seleksi ketat yang penting berkemauan keras dan
giat menjadi berita. Apalagi tulisan mereka nantinya masih dikoreksi seorang
editor.
Tiba-tiba ketertarikan saya
atas ungkapan teman tadi menjadi buyar begitu saja. Menjadi wartawan ternyata
tidak menjanjikan. Tetapi bagaimana dengan wartawan luar negeri seperti di
Amerika, Inggris, dan Perancis? Apa wartawan disana juga senasib dan
sepenanggungan dengan wartawan lokal? Perlu penelitian lebih lanjut sepertinya
hehe.
Di negara maju nasib
wartawan mungkin lebih baik daripada wartawan lokal. Asumsi saya ini tentunya berdasar
pada hukum ekonomi. Semakin maju perekonomian suatu negara maka pendapatan para
pekerja, karyawan, buruh, wartawan dan profesi lainnya pasti juga akan makin tinggi.
Hanya saja yang tidak dapat diragukan
disini adalah peran wartawan sebagai penyampai berita. Wartawan bekerja dengan
fakta dan data-data lapangan. Anda tahu, akhir-akhir ini banyak sekali berita
dan kabar yang menggemparkan. Kabar dan berita yang berkategori berat karena menyangkut
kejahatan politik seperti kasus korupsi dan gratifikasi yang melibatkan elite-elite
politik.
Menurut pengakuan mereka, tema
berita yang fokus pada kasus-kasus korupsi sangat menarik dan menantang bagi
mereka. Apalagi masyarakat kita menaruh perhatian besar pada berita-berita
korupsi. Oleh karena itu, wartawan tidak boleh tidak harus menyajikan
ulasan-ulasan akurat, mendalam, dan detail. Peran wartawan dalam mengungkap
kasus-kasus korupsi ini sangat menentukan.
Tulisan mereka yang berhasil
membongkar terjadinya penyimpangan anggaran akan memicu kesadaran masyarakat. Masyarakat
akan menuntut pertanggungjawaban para elie politik yang terlibat. Setiap rupiah
dari pemakaian APBD harus dipertanggungjawabkan. Penyimpangan sekecil apapun tidak
layak ditutup-tutupi. Masyarakat berhak meminta dan mendapat penjelasan kemana
atau bagaimana dana itu dipakai.
Dalam sudut pandang
seperti itu profesi wartawan tentu sangat penting dan menentukan. Tidak layak
mereka mendapat bayaran ala kadarnya. Kesejahteraan mereka patut diperhatikan
oleh perusahaan. Sayang, jika wartawan yang berdedikasi dan memegang idealisme
tinggi kemudian mendapati kenyataan hidup yang jauh dari layak dan mengenaskan.
No comments:
Post a Comment